Sunday, January 4, 2015

Suka Duka Di Flores, NTT


UNLUCKY DAY
Aku Hairul Amri, S.Pd dalah guru SM3T yang ditempatkan di sebuah desa yang lumayan terisolisir dari pusat kota di pedalaman perbukitan Flores, NTT Kabupaten Ende tepatnya desa Wologai Kecamatan Ende. Ada begitu banyak hal menarik, unik, dan luar biasa yang ingin aku ceritakan terkait dengan tempatku mengabdi demi mencerdaskan anak bangsa. Ada segudang pengalaman berharga yang aku dapatkan selama mengabdi di desa itu, mulai dari pengalaman yang paling menyenagkan sampai pengalaman yang paling menyedihkan.
Di Desa Wologai ini, kehadiran guru SM3T sangat diharapkan setiap tahunnya. Guru SM3T sangat di hormati, di hargai dan di utamakan. Bahkan setiap ada acara adat atau syukuran, warga pasti mengundang guru SM3T untuk menyemblih ayam ataupun kambing. Karena masyarakat di Desa Wologai 100% memeluk agama Katolik, sehingga aku selalu di suruh menyemblih hewan supaya hewan tersebut halal bagiku. Itulah gambaran kecil tentang desa tempatku mengabdi.
Hari sialku.
Pada suatu hari ketika aku sedang asyiknya mengajar di dalam kelas, tiba-tiba aku dipanggil oleh seorang warga untuk alasan tertentu. Nah hari sialku dimulai dari saat itu, Berawal dari jam 11 siang aku di panggil dari sekolah di suruh menyemblih kambing di kampung besar Wologai untuk acara adat bangun rumah miliknya Pak Yohanes. Ini adalah kali pertamanya aku menyemblih kambing. Suatu pengalaman yang luar biasa, dan yang paling mengagetkannya lagi, menyemblihnya langsung eksklusif di kandang babi (sungguh tak terbayangkan sebelumnya). Perjalanan dari sekolah menuju kampung besar Wologai sekitar 30 menit dari sekolah padahal jaraknya kurang dari 1 kilometer karena medannya mendaki. Sampai akhirnya aku sampai di tempat tujuan dengan di sambut oleh tokoh-tokoh adat (mosalakai). Saya langsung diarahkan menuju kandang babi tempat dimana kambing itu diikat, terdapat 2 ekor sapi dan  6 ekor babi di situ pada waktu itu yang sudah dipersiapkan  untuk acara adat bangun rumah.
Untuk pertama kalinya masuk kandang babi,  dan  bau kandangnya sungguh tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Sempat menyarankan supaya penyemblihannya dilakukan ditempat lain, tapi sayang sekali kambingnya sudah terlanjur diikat disana dalam kondisi siap untuk disemblih. Apa mau dikata, ya sudahlah yang penting bismillah aja dan niat karena Allah semata. Setelah penyembelihan, saya langsung cepat-cepat bergegas meninggalkan kandang, berharap bau babi dan kotorannya lekas hilang. Setalah meninggalkan kandang babi tersebut masih saja baunya terus mengikuti kemana-mana. Dan ternyata sepatu pantovel ku tiba-tiba berubah warna menjadi warna hijau kecoklatan sampai mengenai celanaku bgian bawah. Dan setelah aku telaah ternyata itu adalah kotoran babi yang menempel di sepatuku,  yang awalnya aku kira itu adalah lumpur. SIAAAAALLLL!!!!
Selesai menyemblih kambing aku langsung di panggil untuk mengikuti makan siang bersama, parahnya lagi lauk yang di hidangkan hanya daging babi, karena ada beberapa tukang masaknya lupa kalo aku juga akan diajak makan bersama, padahal awalnya sudah dikasih tau oleh pemilik rumah. Aku sudah berusaha menolak dengan berbagai alasan, tapi tetap saja tidak bisa karena sudah merupakan adat orang di desa itu, kita tidak boleh menolak apabila diajak makan bersama dan jika kita menolak berarti  kita dianggap tidak menghargai adatnya dan kita akan kurang dihargai oleh masyarakat. Akhirnya aku mengikuti acara makan bersama dan  aku di buatkan mie rebus. Semua orang menunggu mie rebus selesai dimasak dulu, supaya bisa makan bersama-sama, padahal hidangan mereka sudah siap dari tadi. Sungguh aku sanagat salut dengan jiwa kebersamaan dan kekeluargaan masayarakt di desa ini. Setelah selesai makan aku langsung izin pulang kembali ke mes guru sekitar jam setengah dua siang.
Pulangnya dari kampung besar jalan kaki sendrian pula di terik panas matahari yang sangat menyengat, seakan-akan matahari itu tepat berada di atas kepala,bayangkan saja desa itu terletak di bukit tertinggi di kecamatan Ende. Untungnya jalan menurun, jadinya bisa jalan sambil berlari dan sampe di mes sekolah pukul 2 siang. Sebelum pulang aku di pesan untuk datang nanti malam karena ada acara adat untuk membahas persiapan peletakan batu pertama bangunan rumah Bapak Yohanes setelah shalat isya.
Pukul 7 lebih 10 ketika kami mau berangkat menuju Kampung beasr, eh malah ada orang kecelakaan di dekat mes (Asrama guru) yang sepanjang jalan penuh kerikil, batu besar dan jalan yang berlubang. Akhirnya kami menolong orang tersebut terlebih dahulu, sebelum berangkat ke kampung. Aku mengambil kompres dan air hangat beserta termos dari mesku. Sialnya setelah selesai membersihkan luka orang tersebut termosku tersenggol pak jimmy sampai pecah, apees deh, padahal belinya harus ke kota dan harus nunggu sekitar 1 bulanan (liburan) lagi baru bisa pake termoses lagi. Setelah kejadian  itu, kami baru berngkat ke kampung besar sekitar jam 8 untuk memenuhi undangan.
Rabu malam tanggal 30 Oktober 2013. Setibanya dikampung besar kami langsung di ajak menghadiri acara adat bangun rumah, dan ternyata dilanjutkan lagi dengan rapat mosalaki dimulai dari jam setengah 9 malam sampai jam 12 malam. Bosan sekali rasanya Cuma dengerin orang rapat 3 jam penuh, tanpa ikut kontribusi memberikan masukan maupun saran,  parahnya lagi mereka rapat pake bahas daerah yang sama sekali aku tidak mengerti. Karena kemaleman kami tidak berani pulang, dan akhirnya aku memutuskan untuk menginap di rumah Mama Lenty, adik ipar Bapak Yohanes.
Di rumah itulah tempat menginap dan berkumpulnya para keluarga yang rumahnya jauh. Tidur berjejeran laksana jemuran ikan teri, langsung dilantai keramik tanpa dilapisi oleh sehelai kainpun. Dinginnya mungkin bisa mencapai dibawah 10 derajat celcius. Ini bukannya berlebihan, karena disitu bukit tertinggi ketika menjelang petang desa sudah diselimuti oleh awan dingin yang entah darimana datangnya. Saya menyebut desa itu sebagai negeri di atas awan kalo sudah sore hari menjelang petang. Apalagi kalau sudah musim hujan, dari pagi sampai malam kadang-kadang desa itu dikelilingi awan yang berwarna keabu-abuan.
Adat yang paling kental di daerah Flores adalah ketika ada acara adat ataupun syukuran pasti diakhiri dengn pesta yaitu acara joget bersama sampai pagi dengan musik yang sangat keras, tidak peduli mau pagi, siang ataupun tengah malam, tidak peduli mau ada orang tidur, sakit bahkan sekarat sekalipun. Aku tidak bisa tidur karena musik yang sangat berisik sekali, speakernya tepat disamping tempat tidurku, aku tidur sambil bergetar-getar karena getaran speaker disampingku. Karena Saking ngantuknya akhirnya akupun bisa tertidur jam setengah 2 pagi. Dan jam 3 terbangun lagi karena getaran speaker yang makin terasa keras di lantai teras kramik  yang super dingin. Padahal pada waktu itu pemilik rumah Mama Lenty lagi sakit.
Akhirnya aku memutuskan untuk tidak tidur dan pulang ke mes sekolah sekitar jam 6 pagi dan mulai bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah karena saya ada les pagi. Seperti biasanya, ketika ada pesta keesokn harinya pasti banyak siswa yang tidak masuk sekolah karena ikut pesta sampai larut malam. Dari sekian banyak adat yang ada, Itulah adat yang paling tidak saya sukai di tanah Flores ini.

Bersambung!!!!!
ITU CERITAKU MANA CERITAMU J

0 komentar:

Post a Comment