UNLUCKY DAY
Aku Hairul Amri, S.Pd dalah guru SM3T yang ditempatkan di sebuah
desa yang lumayan terisolisir dari pusat kota di pedalaman perbukitan Flores,
NTT Kabupaten Ende tepatnya desa Wologai Kecamatan Ende. Ada begitu banyak hal
menarik, unik, dan luar biasa yang ingin aku ceritakan terkait dengan tempatku
mengabdi demi mencerdaskan anak bangsa. Ada segudang pengalaman berharga yang
aku dapatkan selama mengabdi di desa itu, mulai dari pengalaman yang paling
menyenagkan sampai pengalaman yang paling menyedihkan.
Di Desa Wologai ini, kehadiran guru SM3T sangat diharapkan setiap
tahunnya. Guru SM3T sangat di hormati, di hargai dan di utamakan. Bahkan setiap
ada acara adat atau syukuran, warga pasti mengundang guru SM3T untuk menyemblih
ayam ataupun kambing. Karena masyarakat di Desa Wologai 100% memeluk agama
Katolik, sehingga aku selalu di suruh menyemblih hewan supaya hewan tersebut
halal bagiku. Itulah gambaran kecil
tentang desa tempatku mengabdi.
Hari sialku.
Pada suatu hari ketika aku sedang asyiknya mengajar di dalam kelas, tiba-tiba
aku dipanggil oleh seorang warga untuk alasan tertentu. Nah hari sialku dimulai
dari saat itu, Berawal dari jam 11 siang aku di panggil dari sekolah di suruh
menyemblih kambing di kampung besar Wologai untuk acara adat bangun rumah
miliknya Pak Yohanes. Ini adalah kali pertamanya aku menyemblih kambing. Suatu pengalaman yang luar biasa, dan yang paling mengagetkannya lagi, menyemblihnya langsung eksklusif di kandang
babi (sungguh tak terbayangkan
sebelumnya). Perjalanan dari sekolah menuju kampung
besar Wologai sekitar 30 menit dari sekolah padahal jaraknya kurang dari 1
kilometer karena medannya mendaki. Sampai
akhirnya aku sampai di tempat tujuan dengan di sambut oleh tokoh-tokoh adat
(mosalakai). Saya langsung diarahkan menuju kandang babi tempat dimana kambing
itu diikat, terdapat 2 ekor sapi dan
6 ekor babi di situ pada waktu itu yang sudah dipersiapkan untuk acara
adat bangun rumah.
Untuk pertama kalinya masuk kandang babi, dan
bau kandangnya sungguh tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Sempat
menyarankan supaya penyemblihannya dilakukan ditempat lain, tapi sayang sekali
kambingnya sudah terlanjur diikat disana dalam kondisi siap untuk disemblih.
Apa mau dikata, ya sudahlah yang penting bismillah aja dan niat karena Allah
semata. Setelah penyembelihan, saya langsung cepat-cepat bergegas meninggalkan kandang,
berharap bau babi dan kotorannya lekas hilang. Setalah meninggalkan kandang
babi tersebut masih saja baunya terus
mengikuti kemana-mana. Dan ternyata sepatu pantovel ku
tiba-tiba berubah warna menjadi warna hijau kecoklatan sampai mengenai celanaku
bgian bawah. Dan setelah aku telaah ternyata itu adalah
kotoran babi yang menempel di sepatuku,
yang awalnya aku kira itu adalah lumpur. SIAAAAALLLL!!!!
Selesai menyemblih kambing aku langsung di panggil untuk mengikuti makan siang
bersama, parahnya lagi lauk yang di hidangkan hanya daging babi, karena ada beberapa tukang masaknya lupa kalo
aku juga akan diajak makan bersama, padahal awalnya sudah dikasih tau oleh
pemilik rumah. Aku sudah berusaha menolak dengan berbagai alasan, tapi tetap
saja tidak bisa karena sudah merupakan adat orang di desa itu, kita tidak boleh
menolak apabila diajak makan bersama dan jika kita menolak berarti kita dianggap tidak menghargai adatnya dan
kita akan kurang dihargai oleh masyarakat. Akhirnya aku mengikuti acara makan bersama dan aku di buatkan mie rebus. Semua orang menunggu mie
rebus selesai dimasak dulu, supaya bisa
makan bersama-sama, padahal hidangan mereka sudah siap dari tadi. Sungguh aku sanagat salut
dengan jiwa kebersamaan dan kekeluargaan masayarakt di desa ini. Setelah selesai makan aku langsung izin pulang kembali ke mes guru sekitar
jam setengah dua siang.
Pulangnya dari kampung besar jalan kaki sendrian pula di terik panas
matahari yang sangat menyengat,
seakan-akan matahari itu tepat berada di atas kepala,bayangkan saja desa itu
terletak di bukit tertinggi di kecamatan Ende. Untungnya jalan menurun, jadinya bisa jalan sambil
berlari dan sampe di mes sekolah pukul 2 siang. Sebelum pulang aku di pesan untuk datang nanti malam karena ada acara adat untuk membahas persiapan
peletakan batu pertama bangunan rumah Bapak Yohanes setelah
shalat isya.
Pukul 7 lebih 10 ketika kami
mau berangkat menuju Kampung beasr, eh malah ada orang kecelakaan di dekat mes (Asrama guru) yang sepanjang
jalan penuh kerikil, batu besar dan jalan yang berlubang. Akhirnya kami menolong
orang tersebut terlebih dahulu,
sebelum berangkat ke kampung. Aku mengambil kompres dan
air hangat beserta termos dari mesku. Sialnya setelah selesai membersihkan luka
orang tersebut termosku tersenggol pak jimmy sampai pecah, apees deh, padahal belinya harus ke
kota dan harus nunggu sekitar 1
bulanan (liburan) lagi baru bisa pake termoses lagi. Setelah
kejadian itu, kami baru berngkat ke kampung
besar sekitar jam 8 untuk memenuhi undangan.
Rabu malam tanggal 30 Oktober 2013. Setibanya dikampung besar kami
langsung di ajak menghadiri acara adat bangun rumah, dan ternyata dilanjutkan lagi dengan rapat mosalaki dimulai dari jam setengah 9 malam sampai jam
12 malam. Bosan sekali rasanya Cuma dengerin orang rapat 3 jam penuh, tanpa ikut kontribusi memberikan masukan maupun saran, parahnya lagi mereka rapat
pake bahas daerah yang sama sekali aku tidak mengerti. Karena kemaleman kami tidak berani pulang, dan akhirnya aku
memutuskan untuk menginap di rumah Mama Lenty, adik ipar Bapak
Yohanes.
Di rumah itulah tempat menginap dan berkumpulnya
para keluarga yang rumahnya jauh. Tidur berjejeran laksana jemuran ikan teri,
langsung dilantai keramik tanpa dilapisi oleh sehelai kainpun. Dinginnya
mungkin bisa mencapai dibawah 10 derajat celcius. Ini bukannya berlebihan,
karena disitu bukit tertinggi ketika menjelang petang desa sudah diselimuti
oleh awan dingin yang entah darimana datangnya. Saya menyebut desa itu sebagai
negeri di atas awan kalo sudah sore hari menjelang petang. Apalagi kalau sudah
musim hujan, dari pagi sampai malam kadang-kadang desa itu dikelilingi awan
yang berwarna keabu-abuan.
Adat yang paling kental di daerah Flores adalah ketika ada acara
adat ataupun syukuran pasti diakhiri dengn pesta yaitu acara joget bersama sampai pagi dengan musik
yang sangat
keras, tidak peduli mau pagi, siang ataupun tengah malam, tidak peduli mau ada orang tidur, sakit bahkan sekarat
sekalipun. Aku tidak bisa tidur karena musik yang sangat berisik sekali,
speakernya tepat disamping tempat tidurku, aku tidur sambil bergetar-getar karena
getaran speaker disampingku. Karena Saking ngantuknya akhirnya akupun bisa tertidur jam setengah 2 pagi. Dan jam 3
terbangun lagi karena getaran speaker yang makin terasa keras di lantai teras
kramik yang super dingin. Padahal pada waktu itu
pemilik rumah Mama Lenty lagi sakit.
Akhirnya aku memutuskan untuk tidak tidur dan pulang ke mes sekolah sekitar
jam 6 pagi dan mulai bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah karena saya ada
les pagi. Seperti biasanya, ketika ada pesta keesokn harinya pasti banyak siswa
yang tidak masuk sekolah karena ikut pesta sampai larut malam. Dari sekian banyak adat yang ada, Itulah adat yang paling tidak saya sukai di tanah Flores ini.
Bersambung!!!!!
ITU CERITAKU
MANA CERITAMU J